Rabu, 07 Maret 2012

Indonesia Butuh Lentera Ahmad Wahib




Indonesia dikenal dengan keramah tamahannya. Itu yang sering di katakan orang tua kita kepada kita saat kita masih kecil. Budaya malu di Indonesia sangatlah terkenal di seluruh dunia. Namun yang terjadi sekarang tidaklah sesuai dengan apa yang mereka katakan. Banyak sekali kekerasan yang terjadi. Perbedaan yang tidaklah menjadi suatu masalah akhirnya menjadi masalah. Karna adanya kepentingan di antara perbedaan itu.

Sekarang kita butuh Lentera. Seorang pembawa lentera, penggagas suatu perubahan. Seperti Ahmad Wahib. Ahmad Wahib banyak mengajarkan kita tentang toleransi. Saya sangat suka dengan tulisannya di buku harian :

Aku bukan nasionalis, bukan katolik, bukan sosialis. Aku bukan buddha, bukan protestan, bukan westernis. Aku bukan komunis. Aku bukan humanis. Aku adalah semuanya. Mudah-mudahan inilah yang disebut Muslim. Aku ingin orang menilai dan memandangku sebagai suatu kemutlakan (absolute entity) tanpa menghubung-hubungkan dari kelompok mana saya serta dari aliran apa saya berangkat. Memahami manusia sebagai manusia

Kata-kata itu sangat terngiang di telingaku. Kalau bangsa ini bisa memaknai artinya toleransi yang di gagaskan oleh Ahmad Wahib. Mungkin tidak akan ada kekerasan di Negara kita yang tercinta ini.

Kenapa terjadi kekerasaan di Negara ini. Siapa yang salah?. Yang salah itu adalah Ulama, Pemimpin dan Kita sendiri yang mengaku berbangsa. Coba kita renungkan bila Ulama, Pemimpin dan kita bersatu. Memberikan pengetahuan tentang toleransi. Dengan begitu kita bisa mencapai kedamaian. Jangan ada perbedaan. Jangan ada terkotak-kotak. Seperti halnya sekarang terjadi.

Kami adalah pejabat negara harus di dahulukan. Tidak boleh antri. Itulah kejadian yang terjadi di Negara kita. Mereka lupa bahwa mereka adalah Pelayan Masyarakat. Mereka juga berasal dari Masyarakat.
Lentera...
Lentera...
Lentera...
Ahmad Wahib...
Ahmad Wahib...
Ahmad Wahib...

Pastilah Ahmad Wahib sangat bersedih dengan keadaan kita sekarang. Keadaan Negara ini. Tidak ubahnya pada jaman Penjajahan dahulu. Kita di belenggu Perbedaan. Perbedaan yang membuat Ekonomi kita hancur. Tidak ada toleransi, sehingga kita tidak peduli dengan keadaan sekitar kita. Biarkan mereka miskin kita akan tetap kaya. Inilah yang dalam pikiran orang-orang kaya di sekitar kita.

Mereka tidak peduli, mereka peduli dengan perut dan kekuasaan saja.




Kita butuh sosok Ahmad Wahib. Sosok orang yang penuh dengan pluralisme yang bertoleransi. Dimana bumi di pijak, disitu langit dijunjung. Itulah yang disampaikan Ahmad Wahib. Kita harus memahami perbedaannya dahulu. Ahmad Wahib mengajarkan untuk selalu bertanya dan membahas apa yang membuatnya bertanya. Beliau sangat terbuka, walaupun pada saat itu keterbukaan sangat sulit. Namun beliau lakukan itu demi saat ini.

Sekarang kita harus melanjutkan apa yang diperjuangkan Ahmad Wahib. Dengan begitu Indonesia akan menjadi Negara yang aman

Indahnya toleransi itu ketika kita bersama dalam perbedaan. Seperti tradisi Kemerdekaan Indonesia yaitu panjat pinang dalam hal ini gotong royong. Ada yang besar ada yang kecil, ada yang tinggi ada yang pendek semuanya bersatu untuk satu tujuan. Bersama-sama untuk mendapatkan hadiah diatas dan hasilnya semuanya di bagi rata.


Seperti Pesan Ahmad Wahib :

Aku bukan nasionalis, bukan katolik, bukan sosialis. Aku bukan buddha, bukan protestan, bukan westernis. Aku bukan komunis. Aku bukan humanis. Aku adalah semuanya. Mudah-mudahan inilah yang disebut Muslim. Aku ingin orang menilai dan memandangku sebagai suatu kemutlakan (absolute entity) tanpa menghubung-hubungkan dari kelompok mana saya serta dari aliran apa saya berangkat. Memahami manusia sebagai manusia

0 comments: